Sabtu, 11 Januari 2014

Peluang Bangkitnya Badminton Indonesia


Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir

Indonesia kembali punya peluang menunjukkan pengaruh yang sempat pudar di peta bulu tangkis dunia di Kejuaraan Dunia Badminton 2013 di Guangzhou, Cina.
Dua gelar juara menjadi target, yaitu dari ganda putra Klikunggulan ke enam Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan serta pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, yang diunggulkan di tempat ketiga.

Turnamen yang berlangsung 5-11 Agustus diikuti 400 pemain dari 46 negara.Di pundak mereka disandarkan harapan untuk mengulang prestasi 2007 di Kuala Lumpur, ketika Markis Kido/Hendra Setiawan dan Nova Widianto/Liliyana Natsir mempersembahkan gelar untuk Indonesia.
Indonesia mengirim 28 pemain dengan rincian empat tunggal putra, tunggal putri, ganda putri, serta dua pemain ganda putri dan empat pemain ganda campuran.

Saingan baru

Namun seperti kalimat yang diucapkan ahli politik Machiavelli, "keep your friends close but your enemies closer," Indonesia jelas perlu memantau perkembangan pemain-pemain dari negara lain dan mengintip strategi mereka.
Valeria Sorokina/Nina Vislova
Pasangan Rusia, Sorokina/Vislova, meraih medali perunggu di Olimpiade London 2012.
Salah satu negara yang perlahan diperhitungkan di peta bulu tangkis kompetitif adalah Rusia.
Sebagai negara dengan bulu tangkis bukan olahraga populer, Rusia benar-benar menunjukkan tajinya ketika pasangan ganda putri KlikValeria Sorokina/Nina Vislova meraihKlikmedali perunggu di Olimpiade London 2012.
Memang pertandingan ganda putri saat itu diwarnai skandal 'permainan gajah' sehingga membuat pasangan Indonesia, Meiliana Jauhari/Greysia Polii, didiskualifikasi dengan dua pasangan Korea Selatan dan satu pasangan Cina.
Pasangan Sorokina/Vislova sebenarnya sudah tersingkir di babak penyisihan grup namun kemudian turun kembali dan meraih medali perunggu.
Dari Asia, Jepang pun mulai menjadi ancaman serius. Butuh bukti?
Di Djarum Indonesia Open 2013 -meski tidak menggondol medali apa pun- seluruh pemain tunggal putri Jepang lolos ke babak kedua.
Tim Thomas dan Uber Jepang bahkan mengakhiri perlawanan Indonesia pada babak perempat final Piala Thomas dan Uber di Wuhan Cina, Mei 2012.

Sistem peringkat

Lantas, apa yang dilakukan Indonesia agar tidak tertinggal dari rival-rival baru?
Basri Yusuf, Kepala Bidang Pengembangan PBSI, mengatakan aspek yang diutamakan oleh Ketua PP PBSI Gita Wirjawan dalam upaya pengembangan prestasi olahraga bulutangkis adalah sport science.
Metode ini sudah lama digunakan oleh Cina, Malaysia dan Negara-negara Eropa tapi Indonesia baru menerapkannya di Piala Sudirman 2013.
Simon Santoso
Simon Santoso kalah dari pemain Taiwan, Jen Hao Hsu, di babak pertama.
Secara singkat, sport science membuat setiap keputusan di lapangan diambil berdasarkan analisa yang terukur bukan sekedar asumsi atau insting semata.
Langkah lainnya sejak awal 2013, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Rexy Mainaky, mensosialikasikan sistem promosi dan degradasi yaitu penilaian peringkat berdasarkan prestasi, disiplin, dan prospek masa depan.
Sistem ini diharapkan bisa menjadi motivasi bagi pemain untuk terus berusaha memberikan yang terbaik. Dalam Kejuaraan Dunia di Guangzhou, pemain yang terancam terdegradasi adalah Simon Santoso.
Rexy sebelumnya sudah mengatakan bahwa Guangzhou akan menjadi arena pembuktian bagi Simon, yang sekarang berada di peringkat 26 dunia.
Tentunya penampilan Simon di Cina akan dievaluasi dan bukan tidak mungkin ia terlempar dari tim utama di pelatnas. Simon sudah langsung di babak pertama dari pemain Taiwan, Jen Hao Hsu, walau sempat unggul di set pertama.
Bisa jadi Simon kelak hanya akan diturunkan di kompetisi lapis dua seperti Grand Prix.
Pahit? Mungkin, tapi semua itu bermuara pada satu tujuan yaitu: prestasi.

Bulutangkis Indonesia pernah sangat bersinar dan pemain-pemain kita sangat ditakuti. Akankah era itu kembali?

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code